27 December 2015

20 December 2015

Kisah nyata penuh makna tentang ibumu

Kisah nyata penuh makna

Terlihat tiga anak kecil berusia sekitar 8 tahun, 5 tahun dan 3 tahun. Anak terkecil cewek bagaikan seorang putri, dalam dekapan sang bapak. Sedangkan kedua anak lainnya laki2, terlihat bermain-main, berlari, berteriak,kesana kemari. Itulah ciri khas anak-anak di seantero dunia...

Tibalah saatnya bus yang ditunggu datang. Para penumpang pun bergegas menuju pintu masuk busway, termasuk  keluarga itu dapat duduk di kursi busway yang disusun seperti kereta api listrik (KRL).

Lalu kedua anak laki-laki tersebut beranjak dari kursinya dan bermain petak umpet di sela-sela tubuh orang dewasa di busway itu. Mereka sambil berteriak- teriak girang. 

Terlihat beberapa penumpang merasa tidak nyaman dengan kegaduhan itu. Hingga akhirnya ada seorang penumpang pria yang ketus menyatakan protesnya ke sang bapak, "Pak, tolong anaknya diatur ya. Disini khan penumpang juga ingin tenang."

Lalu sang bapak sambil menggendong anak putrinya pun menjawabnya dengan senyum, "Maaf ya Mas, ibunya mereka baru saja meninggal sore ini di rumah sakit dan saya belum mengatakan hal ini ke mereka. Nanti begitu sampai rumah, saya akan mengatakannya. Biarlah mereka merasakan kegembiraan yang menjadi haknya. Karena saya merasa mereka akan banyak kehilangan kegembiraan setelah tahu bahwa ibu yang biasa mengasuh sudah tidak bersama mereka lagi selamanya. Mas tidak keberatan khan kalau mereka main-main sebentar saja di bus ini?" 

Mendengar apa yang dibicarakan sang bapak, sebagian para penumpang yang mendengarnya terdiam dan merenung termasuk sang pria yang baru saja memprotesnya dengan ketus.

Tiba-tiba mereka teringat akan ibu mereka... Diam-diam di antara mereka ada yang mengambil handphone disaku celananya, lalu  mernbuat sebaris kalimat, 

Ibu, apa kabar? Besok pagi saya mau pulang menjenguk ibu. Maafkan segala salah saya, Ibu.

Kemudian dia mengirimkan sms itu ke nomor ibunya sambil berharap semoga ia masih diberi kesempatan berjumpa dengan ibunya esok hari. aamiin

31 October 2015

Comment